Darlane Litaay is a performer and choreographer. Drawing strength from Melanesian roots and physical expression to ride the hybrid witch, that friendly magical phenomena of life.
This blog is a portfolio of His journey - please click tabs in the horizontal bar above. Inquiries please email L_darl@yahoo.com

Cerita cerita saja




Bukan artis, tapi student

biasanya setelah sampe dibandara negara2 langsung dijemput, naik mobil dan diantar ke hotel/apartement, pas sampe langsung taruh tas, dan eksplor sekitar cari kios beli snack dan grounding ditaman sekitar. Sadar sebagai artis undangan yang ditunggu2. dan mulai terkenal.

Kali ini pas landing, tidak dijemput panitia, nunggu sambil mlipir2 2 jam-an dibandara, lanjut naik kreta dan taksi. Di sambut dengan baik hati, hospitality yg hangat, dan dibuat sup ikan pindang ala sumatra. Belajar me-nol kan eksistensi artist yg tidak terkenal. kali ini berbeda sebagai student. 

21 agustus 2021. 17.00 ET - JFK - NYC




beberapa pagi yang lalu saya tidur dikasur ruang tamu dan dibangunkan oleh hiruk pikuk suara kendaraan di jalan parangtritis dekat rumah tembi di bantul. Selang beberapa jam bunyi suara ambulans mondar mandir dengan kecepatan, sepertinya urgen, masih ingat dikepala ku suatu kali ada petugas menggunakan APD lengkap duduk diatas mobil itu, beberapa minggu sebelumnya bunyi yg sama lebih intens, iya mereka tim satgas yg mondar mandir mengontrol aktivitas masyarakat karna ppkm di yogyakarta. 

Pagi ini, aku pun terbangun diatas sofa lipat yg sudah melegenda, tempat tidurnya orang2 hebat, di apartement sahabat yg sangat baik hati. Aku terbangun dengan suara hiruk pikuk kendaraan, kali ini pesawat udara yg mondar mandir entah take off at3o landing di airport yg jaraknya 30 menit naik mobil dari sini. Semalam suara sirene pun mondar mandir beberapa kali. ingatanku langsung ke film2 action yg sering kutonton lewat layar kaca, dan bioskop. NYPD , gengster dan kriminal. Tapi setelah melihat tembok2 dan pagar batas di taman belakang rumah, kali ini bukan di film-film, aku saat ini di antara gerimis, Brooklyn. 

 hari pertama - 06.30 ET , 22 agustus 21

Brooklyn 


hustle and bustle city life is wasn’t an idiom to speak anymore.
In the very last minutes, my mind and decision were shifted. I turn to the left rather than right.
move to New York City and leave Hawaii, like forget the peaceful island and deal with the concrete jungle.
Anyhow, it is unavoidable that I will lose in between the avenues and the streets in this one and only city. Because God bless America will not only for the states and the citizens, but for me also, I truly believe as a newcomer. Thanks to thousands of tears and prayers from lovely people, Scholarship providers. Adventures just about begin, student life is just fast and furious
Unpredictable, 1st slide was filming in green screen setup, a couple of weeks ago in Indonesia before I am truly presences in Times Square. It was just imagination, and that just transformed into reality.
🎵by Jay-Z feat Alicia Keys


tadi pagi dan niat.
Alarm bunyi jam 5.15 ET, udara lumayan dingin saya tidak lihat forecase brapa F, hanya semalam sebelum tidur sempat cek cuaca hari ini cerah, agar tidak bawa payung. Perjalanan dari Brooklyn ke Manhattan skitar 1 jam, sarapn madu dan makan buah, masuk di stasiun underground keluar sudah di depan gedung yang tinggi World Trade Center ( gambar 1 ). Banyak NYPD dimana-mana. Saya bermodal GPS untuk mencari lokasi pertunjukan Eiko Otake : Slow Turn di Belvedere Plaza. Saran jalur Google pedestrian tidak bisa ditembus, karena barikada pengamanan acara. Ternyata semakin banyak polisi dan para prajurit bermunculan menggunakan seragam, tamu VVIP. Saya lupa hari ini bersejarah bagi warga Amerika. 20 tahun lalu,ada ledakan bom dan pesawat menabrak gedung pencakar langit itu. Menuju seorang polisi untuk menanyakan lokasi tsb, “ You work or what you do ?“ trus sa jelaskan “ bla bla bla “ akhirnya de bilang tidak ada performance di sekitar sini. Sa tanya lagi ke officer sebelahnya, de bilang “ Ade ko jalan 3 blok kesanaa trus belok kanan”. Karna orang jalan2 potong, sa lagi mo tes masuk jalan potong, ke petugas yang lain de bilang, co kas tunjuk alamat.. akhirnya sa jalan putar 1 blok lagi.
Di venue, orang2 sudah pake headset masing2. Pertunjukan ini perlu reservasi. Setelah pake headset 1 menit trus sa lepas, dan jalan putar2 taman cari sinar matahari. Lalu suara Saxopon bunyi, Pertunjukan mulai ( potongan video 2.) “Can you hear me” ? Eiko jalan dari arah WTC menuju lingkaran penonton lalu……………., Saya tidak lihat berapa lama performance berlangsung, tapi dia telah membawa penonton dari pengalaman personal cerita bom hirosima nagasaki - attack sept 11st - sampai “memaafkan”..... selesai ( potongan video 3).
Selesai performance Eiko, banyak orang yang datang menyalami, dengan pelukan, bercerita ( saya mengamati ) bagaimana beliau berinteraksi dengan audience, yang mungkin sahabat2 seniornya. Hingga pada moment beliau sedang bercerita dengan pemain saxofon yang pentas bersama tadi. Saya langsung mendatangi mereka untuk singkat mengucapkan terimakasih saja. Namun, setelah menyebut nama sahabat saya yang adalah seorang performance artist, yang juga menyarankan saya bertemu dan menonton karya Eiko, Ia langsung terdiam sejenak, mundur dan membungkuk dengan lama seperti gaya orang jepang, dan bilang thank you so much, (dalam, sambil lama menatap saya, pun respek). Karena banyak orang yang ingin berbicara denganya, lalu sadar koreografi sosial aja, saya pun permisi. Sambil mencari toilet publik yang lumayan jauh, di kepalaku banyak sekali pertanyaan, sambil kagum pada orang-orang yang mendedikasi hidupnya untuk sesuatu yang dia pilih.
Tujuan selanjutnya, ke NYPL ( New York Public Library) terdekat, bikin kartu member, cari2 referensi. Karna kurang puas, saya ke NYPL yang lebih besar untuk pengurusan dokumen yang lain. Setelah tanya2, bapak petugasnya bilang kita punya 19 perpustakaan umum di sekitar kota, ada 1 gedung baru di belakang. Lalu saya kesana, asik2 lihat2 buku Jewis Museum, saya trus duduk di lantai, dan security datang bilang : Mas, ko tra bole duduk disitu, karna itu jalan jalur pintu darurat kalo kebakaran. Oke, bla bla bla, minum air gratis,, seblum pulang, mampir liat2 di toko2 baju gitu, harganya setinggi gedung pencakar langit kota New York (foto 4) . Di underground Manhattan ( video 5 ) ada yang mungkin ngamen ato lain misi, suaranya bagus nyanyi lagu rohani kristiani.
Lain, dua hari yang lalu, saya di undang kenalan untuk nonton pentasnya, kali itu di gereja, ada simbol pelangi, salib patah dan menarik karna musik2 eksperimen dipertunjukan disana, dan diakhiri dengan pentas Musik Hardcore, Underground. ( video 6 dan 7 ). Perlahan saya mulai, kenapa banyak orang ingin sekali datang ke kota ini ?
Kereta tidak pernah berhenti, ahh saya barusan 2 mingguan, dan nanti malam mau nonton pentas musik di taman, minggu depan seluruh artspace di kampung seniman dibuka serentak. Perlahan ke kehidupan normal. 

Sept 11, Manhattan




Seni dan Jarak, dan uang
beberapa hari yang lalu Maroon 5 tour ke Boston, sahabatku yang kuliah disana nonton konser itu dari jarak jauh, posisi tribun bagian samping, kelihatan dari stori IG mreka. Karena sistem algorimatik, postingan yang berkaitan dengan boston-maroon5-penonton orang indonesia muncul di IG ku. Ada pasangan Indonesian’s juga, tapi “berduit”, lagi sekolah di Ivy League Uni, pernah ada dilingkaran Istana, mreka nonton konser yang sama. Namun, posisi pasangan ini dekat sekali dengan vokalis ,Adam Levine. Artinya mereka membayar lebih mahal untuk posisi didepan. Terlihat harga tiketnya jutaan rupiah.
Huft, ini bukan pada kesenian / musik-industri membuat kita berjarak, mungkin iya juga. Tapi seperti : semakin ada uang, semakin dekat dengan akses. Saya mah mengandalkan mujizat aja, karena setiap kali naik kreta, saya tidak pernah tau berapa banyak uang yang dimiliki anjing yg duduk di depan saya.


Sept 19, Brooklyn

------------------------------------------------------------------

Nikmati aja. Tidak ada yang abadi di dunia ini.
Tentu saya bukan guru, tapi pernah mengajar, anak TK, oma-oma, petani, guru, ojek, nelayan, pemburu, mahasiswa S2-S3. Dari desa-kampung di pelosok, hingga ke negeri orang. Skarang masih berbagi ke bbrapa mahasiswa dan tetap senang. Mungkin karna darah guru yg mengalir. 1,2,3 generasi diatas saya berjuang menembus ketidaktahuan, melepaskan kutuk di danau, berlari di hutan, dan melawan ombak samudra, diantara perang dunia 1 dan 2. Kini di negeri adidaya, hanya semangat belajar saya bisa hidupi moment2. Belajar dan terus belajar dari apa saja, dari siapa saja, sebab ada tertulis; Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
happy thanksgiving
selamat hari guru.
NYC 25.11.21
🎵New York City




_______________________________________________________________________________________

Sigur Ros dan Jalan Suci, dan alih profesi ?
Di kota ini semua tersedia, dari yang dibawah bumi, hingga ujung langit, dari yang pra-spiritual sampe after frequency. Di WA grup i wrote : New York is everything, We have everything. Tinggal milih sesuai preferences dan mau opo sesuai isi dompet.
Sebelum Thanks Giving day saya sempat melihatt pameran di dua galeri di daerah Chelsea. Pertama ke David Zwirner Galery. Sangat menikmati setelah lama tidak lihat pameran lukisan di galeri. Peletakan posisi lukisan dengan proporsi sangat jelas, 1 dinding 1 karya, sehingga saat orang masuk ke ruangan secara tidak langsung diperhadapkan dengan proses pengalaman menyerap. Hari itu suhu skitar 6C tetap aja semangat (Gambar 1), setelah itu ke port terdekat nikmati last fall sunset.
Beberapa minggu kemudian di sela-sela homeworks yang bertubi-tubi, saya sempatkan ke Tanya Bonakdar Gallery, lihat sound installation, tentang erupsi dan vulkanik, karya Jonsi, vokalisnya Sigur Ros. Saat itu saya belum tau tentang band ini. Di main room (Gambar 2) ada skitar 245 speakers diinstal melingkar dalam ruangan blackbox skitar 10x10 m. Menghabiskan 45 menit berbaring di tengah dan menatap ke lingkaran putih di bagian atas itu adalah yang saya lakukan. Ini matematika frequensinya : kaliber. Keberadaan saya antara fantasi dan dejavu. Sensasi seperti berada dalam gunung merapi di Iceland dikelilingi guntur dan petir. Karena ada presisi bunyi, sengatan cahaya, dan getaran frequensi dalam ruangan. Disatu sisi, hal empiris yang masih mengendap di pori-pori saya karena mengalami gempa, erupsi dan hujan abu di jogja bulan desember tahun 2006.
Setelah nonton dan dengar beberapa karya Sigur Ros saya baru paham kenapa bunyi-bunyi, entah suara ato apapun sumber bunyinya sangat dekat personal memori-spiritual saya. Ada yang epic, di Jalan Suci tempat saya bergereja, baik di sorong, jayapura ato jogja, ketika umat bernyanyi / menyembah, ada sesuatu yang melingkar, menyelimuti, ambisonic, tapi saya tidak tau itu apa. Kesungguhan seperti menyanyi untuk Ilahi. Antara band dan jemaat tentu ada yang membedakan yang satu di dalam konteks bergereja, dan yang satunya di “panggung”. Nah, karna saya bukan panitia seleksi masuk surga, maka gak akan bahas terkait motivasi, religi, lucifer dan kitab suci.
Aktivitas lain (Gambar 3) yang menarik di kelas lain History, Theory dan Criticism ada 3 modul : Music, Movement, dan Theater. Di modul musik, cukup banyak reading tentang world composers/experimentalist/futurist-: Cage, Alvin Lucier, Eno Brian, Luigi Russolo, Edgard Varèse, Ikeda, etc. Bahkan kelas ini sama sama sekali tidak ada reading Marta Graham, Ruth St Dennis, Isadora D dan para pioner modern dance lainnya. Karna tentu saya bukan sedang belajar tari.lol. Tapi kontribusi saya menjelaskan Notasi kerjaannya Rudolf Laban. Dari pengalaman Laban Score, saya kemudian bikin film score untuk presentasi di akhir kelas modul musik. Saat selesai presentasi karya, ada diskusi singkat :
Me: I might no longer become a choreographer anymore?
Prof: you are a choreographer, composer.
Me: I love composing something. (video 4 🍳 )
Nah ada ketertarikan yang sama dengan colega sound artist, terkait looping, repitisi, vibra, frequency, dan kita berlanjut diskusi material looping (video 5). Hingga kerja kolaborasi untuk kelas favorit Sound, Image, Space, and Performance;
Kelas ini, 7010 akan distreaming dalam waktu dekat. Filming di Black Box agak kecil ( Gambar 6), tapi dengan ambisi system lighting ala brodway. Kata profesornya, ini program kolaborasi di mana sangat contras dengan American Culture yang sangat individualis. Saya senyum-senyum aja.
Anyway, kemarin malam presentasi Interactive Media Programming, kelas terakhir di Fall Term. Soon, premier live interactiv performancenya yah.
Mau siap-siap keliling kota pegang tangan.
NYC 21.12.21


__________________________________________________________________________________

Tadi pagi ke Makam,
tiba tiba aja pengen jalan2 pagi, kuburan2 ini teduh seperti rumah permanent dan skaligus semacam tanda kebesaran yang abadi. dari pilihan2 batu nisan bisa menunjukan siapa pemiliknya. Kuburan kuburan ini menjadi penunjuk penting, Banyak sekali orang2 berpengaruh dari berbagai latar belakang yang di makamkan disini. Komposer, Musisi, Politisi, Jenderal, Tentara,, perang, Activis, Filosuf. Nama-nama yang tertulis di batu nisan kalo dibahasa indonesiakan artinya menjadi menarik. Di Taman abadi ini juga kadang diselenggarakan pertunjukan seni untuk publik. Saya mampir ke titik tertinggi di Brooklyn,. dan berhenti sebentar di salah satu sudut, ada patung Minerva, yang menatap sisternya, patung Liberty, di pulau seberang sana ( Video 1). Lalu lanjut berkeliling ke seniman Jean M Basquiat (Foto 3). Sewaktu masih di Jayapura, seorang kenalan dekat yang baru kembali dari Amerika bawakan baju kaos bergambar garis garis emas yang dibelinya di MoMA. Saya blum tau siapa pelukisnya, sampe beberapa hari lalu nonton dokumenternya, dan tadi pagi lihat nisannya si Basquiat. Keluar ke pintu utama lewat makam Mesirologi (Foto 5). Saya bayangkan bikin rumah disini pasti mahal ya, dan pulang kos langsung cek harga2nya ( foto 4).
Teringat suatu malam diajak pa Miroto dan bu Yuli, pergi ke 3 hariannya bu Endang, Istrinya pa Sal murgiyanto di Girisapto - makam seniman di Imogiri. Di makam2 itu, kita bercerita sampai pagi, seingat saya pa Sal menjelaskan kalo di Jawa, jenazah yang dimakamkan mesti dijaga hingga hari ketiga. Tidak jauh dari situ ada makamnya Roma Sas, dan juga beberapa seniman ternama Jogja. “Darlane kalo kamu mau, bisa nanti tinggal disini”, demikian kata pa Miroto. Saya bilang, "wah pak di Sorong aja saya nanti". Cerita pun terus berlanjut. “Sampun Enjang” kata pak Sal, dan kami berangkat kembali ke Utara.
What is the most beautiful tha death ? Ini bukan ajakan untuk mati, tapi memaknai hidup karna pada saatnya kita semua akan mati. Dengan mengunjungi seseorang yang mati saya belajar tentang hidup.
Beberapa hari lalu ke Upstate NY dengan Bunga, Era dan Joned,, perjalanan yang sukses, ke Dia Beacon. Di sana ada karya Richard Serra, Dan Falvin, Andy Warhol, Max Neuhaus. Kita foto2, makan, rekam video, dan cerita-cerita bahagiyah.
New York bukan lagi hal difilm-film, ato buku bacaan kampus. Salah naik kereta, suara sirene, makan empanda (foto7) , jadwal subway yang kadang kacau sudah menjadi bagian keseharian. Termasuk nonton pentas hampir setiap hari, ini yg lumayan menguras dompet, 1 kali nonton $15-35 (foto 😎 dalam hal ini cuan matters. walau ada juga yang gratis. Nonton Eiko Otake dan Ismael Houston-Jones ada cerita sendiri Usia mreka 70 tahun, tapi seperti performers 20an tahun yang full energi, dan Ismael “membongkar” imaji stage dan Eiko yang berlari2 keliling panggung seperti gadis. Ini duet maut di usia mereka yang kokoh. Semalam abis nonton pentas musik cakep juga, pulang lewat Metropolitan AV ada penyanyi bersuara bagusss banget ( Video 2) dalam hati : this is the real performance. But I am sure, everything is real.And Yes, New York City is your campus ( Foto 20)
BTW, Kalo pas tour ke luar negeri sa sering update status WA, tapi setelah di sini ga tau kenapa tidak pernah update status di WA, FB jarang, IG sering. Ya itu niatnya mencatat, dan memberikan akses kepada publik, dalam bentuk yang berbeda2. Karna aksesibilas itu penting bagi saya yang sulit mendapatkan akses. Apalagi sekarang Septi kehilangan sinyal di Merauke, ini memang menyebalkan, disaat peluang beasiswa dan aplikasi2 online tersebar, disana malah kehilangan jaringan internet. Tapi hal ini bukan barang baru di Papua.
Meeting waktu malam sampe subuh, karna beda waktu 13 jam dengan komunitas di Jayapura. Sampe pa Jef bilang Mas Dar udah kayak akademisi sekali, karna memang semua saya tulis. biar ga lupa, hehe.
Sekarang ini masih Reces, Spring Break (Foto 8 dan 90), pohon-pohon ada yang sudah berbunga, ada yang berdaun. Di pinggiran jalan-jalan banyak TV, buku, sepeda, perabot rumah tangga, dll ditaruh aja untuk orang yang membutuhkan. Brooklyn mulai anget skitar 10 derajat. Sambil bikin robot, koding program, blanja mingguan (Foto 15), rapikan file2 dikomputer, (oh mac ku mulai berat banget banyak instal program2 berat, (foto 16) dan pelan-pelan mulai eksekusi rencana jangka panjang-Tahun 2024) Diskusi sama kawan2 cohort terkait acara bulan depan dengan seniman lokal BK. Malam hari tunggu mahasiswa pas jam kuliah dan tidak ada yang masuk juga menyenangkan. Sudah terlatih 9 tahun mengabdi, sungguh mengabdi. Walaupun saat menjadi mahasiswa saya hampir tidak ada niat untuk tidak masuk (padahal tipu ni), tapi hadir itu penting dan tidak ingin kehilangan 1 pun kesempatan.
Sambil merenung perjalanan beberapa minggu ini dan kaitan ke makam tadi pagi saya berpikir : prestasi, ambisi, pencapaian, rencana besar, membangun negara, IPK 4, ekosistem, ketahanan budaya, sdm, pendidikan dan etc, semuanya optimis itu hanya sebentar seperti angin yang bertiup, kita hanya mendengar bunyinya, tapi dari mana dan kemana perginya, kita tidak tahu.
cukup lama aku belum menari lagi.
waktu terbang,
Brooklyn 22.04.22



---------------------------------------------------------

Minggu Pas kah ? di new york.


jadi kemarin nonton film Autobigrafi di Lincoln Center part dari program MoMA. Senang karna ada beberapa senior geng jogja yang main di film itu.. hehe. Senang karna menonton mereka di teater yang ada di sirkuit mapan. Nuyok gitu loh. cuaakkk 

Sutradaranya juga cerdas mengartikulasisn narasi karyanya saat QnA setelah film berakhir. Dan lihai merespon pertanyan dari para penonton. Proporsi film ini antara estetika, darah, senjata, rezim, ambisi, ya adalah tidak adalah ya. Tergantung cara melihatnya mau pake merek apa. Saya yang pernah tinggal lama di jogja tentu teromantisasi ketika mengalami scene tertentu, suara azan, suasana kampung, kabut, pasar preman, terminal bis, landscape bukit, sore, masyarakat desa. Namun saya yang tinggal di papua juga melihat film ini dari sudut lain. Tapi sebagai newyorker yang hampir tiap hari melihat karya experiemental goreng tempe pake es, ketidakmungkinan dll, melihat film “pelan” dan naratif gini jadi sangat asing dan spesial sekali. 

BTW, ternyata produsernya pernah produserin acara media yang saya waktu itu jadi narasumber. Jadi kita saling : oh ya ya, yang ini ya… waktu itu ya,, ya ampun,, sehat-sehat kan? Dunia ini semakin kecil ternyata. Pertemuan manusia menjadi sangat mudah dan konsep privilage sudah pudar (in my opinion). Kita bertemu orang-orang hebat dengan mudah. Bahkan disubway A, saya pernah segerbong dengan seorang filantropy, yang sering kasih uang $50rban ke seniman2 yang hidup by grant.

Oke, Selesai nonton, geng nuyok lalu seperti biasa kumpul2 makan, bahas-bahas berbagai isu terkini, guyon-guyon bahagia di warung jepang dekat times square sepertinya di 44, Serasanya suasana jalan nya persis Legian, hanya kurang janur dan lagu2 reggae. tapi Udara juga beda, Manhattan mulai sejuk suhu skitar 8’C. Ini sudah Spring, bunga-bunga cherry blossom terus bermekaran di pinggir jalan. dan lagi spring break, jadi menghabiskan waktu liburan jalan-jalan mencari matahari dan berjemur, nulis peper, submit2 ini itu dan bikin ini itu untuk ini itu Tadinya pengen main ke state lain, tapi ada show diminggu ini jadi mungkin tunda dulu. 


Hari ini, minggu, tiba-tiba  pengen ke greja untuk liat orang-orang merayakan paskah edisi nuyok. Ternyata ber barengan dengan Bonnet festival di 5av yang selalu seru di setiap waktu. Di depan gereja penuh dengan pesta kostum dan sampe di dalam greja khusuknya jadi berbeda. Greja jam 1 - 1.50. Sungguh minggu yang khusuk. lalu ingat ternyata teman2 muslim juga sedang puasa, kalo di jogja sudah ngbuburit, suasana sore yang hangat, banyak kue-kue jajan dipinggir jalan. di Jayapura juga begitu. jam 5an mulai berburu kolak, ketan itam ato kacang ijo, ato kue2 warna-warni, panada panas, beli isi dikantong plastik trus pulang makan dengan segelas teh duduk di bawah tali jemuran. 


Hidup itu nikmat dan bahagia, bersyukur dibesarkan dengan indonesia yang divers. dan di kota new york pun diversity memberikan nilai tolerance menjadi bernilai.


dari jauh, saya hanya bisa mengikuti indonesia dari media. Satu sisi senang karna ada orang2 integritas yang mau membuat bangsa menjadi lebih baik. Tapi betapa sedih pernyataan2 para dewan yang sulit mengiyakan upaya perbaikan negara untuk lebih baik. Well itu versi media dan tentu beda dengan suasana langsung, dan saya harus siap2 ketika berada di sana untuk memposisikan diri lagi, mengalami tabrakan kultur yang jomplang. Soal integritas, Sebelum berangkat ke amerika disuatu acara, pernah bertemu pak Mahfud MD, dari jaman beliau hakim MK saya selalu kagum dengan kerja-kerja integritasnya. Demikianpun cerita-cerita beliau di pertemuan tersebut. dan beberapa hari belakangan denagn kerja-kerja cerdasnya. Semalam bertemu seorang wanita hebat yang mengenalkan saya ke beberapa temannya, dengan ungkapan darlane ini anak bangsa yang sedang bla bla bla bla bla bla. harapan bla bla bla,,,  Saya langsung keluar cari udara segar. Dalam hati : kok saya dilihat seperti itu ya haha, gak GR tapi ya masih jauh dari fakta untuk menjadi harapan bangsa. Sementara beberapa teman, mreka pengen jadi menteri. Padahal beberapa menteri tak pernah menyangka akan dipanggil ke istana. Dunia ini ada-ada aja yah.

Oke mau lanjut ketak-ketik dulu yak. Besok pagi bangat harus bangun untuk ke tempat yang paling di idam-idamkan semua orang kalo ke amerika. 


Diary curcol seperti ini ternyata di tulis April tahun 2022 pas Spring juga, itu tanda saya lumayan sibuk setahun ini. Sibuk bermain dan jalan-jalan

Selamat menunaikan ibadah puasa sahabat, dan selamat paskah juga

Salam, 

9 April 2023

Brooklyn - New York City


foto- foto : https://www.facebook.com/photo?fbid=10223407464043272&set=pcb.10223407505684313



_____________________________


Dear para pembaca tersayang,
Dari jantung hati saya yang sedang berdenyut, ingin distribusikan terimakasih untuk semua puan, tuan dan lainnya yang mendukung perjalanan karir saya sampai pada saat wisuda kemarin. Seluruh orang dari lingkungan keluarga, tetangga, teman-teman terdekat dan mantan, teman sekolah, kuliah, dosen, teman-teman seniman budayawan, teman nongkong, teman biasa, akademisi, guru-guru yang banyak memberikan kepercaryaan pada saya, para kawula yang banyak memberikan kritik, saran, dorongan, ruang, dan waktu. Insani yang japri, posting, dan repost, dan komen via medsos, yang belum saya balas 1/1. Apresiasi setinggi angkasa kepada kolega semua.
Datang ke Amerika untuk sekolah sangat mudah, namun menuju kesana butuh intensitas yang ehem, (ini long story di IG), banyak yang harus dikorbankan. Saat di amerika pun proses pembuatan gado-gado berlangsung, dan yang terposting adalah hal-hal manis dan menyenangkan. Sementara yang pahit hanya komputer yang tau. Uhukk
Seperti halnya saya berada di panggung nyata dari kampung hingga benua, sampai beberapa hari lalu beralih ke panggung virtual yang peristiwanya di posting oleh Ibu Menkeu, dan di repost berkali-kali. Seluruh rentetan peristiwa panjang itu tentu didukung oleh orang-orang hebat di belakang panggung. Setelah pementasan apresiasi yang terus menerus diberikan dan tepuk tangan yang tak henti-hentinya dari para penonton. Seperti pertunjukan, ada yang suka, ada yang tidak, ada yang menangis, ada yang tertawa, ada yang naksir, ada yang benci, ada pula yang bingung bertanya-tanya.
Tentu perasaan campur aduk yang saya rasakan, namun seperti di atas panggung, eforia hanya sebentar saja dan ada saatnya untuk turun.
Pun, nama saya masih sama, walau sedikit bumbu di belakangnya.
Gelar bisa dicari, but support system from y’all is clear uncountable.
I am thank you !
Terimakasih selebar cakrawala untuk segala bangsa..
Salam, and see you around !!
Brooklyn, 8 Juni’ 2023
dL







No comments:

Post a Comment